Siapakah Orang yang paling Terkenal Kelak Pada Akhir Zaman?

Ilustrasi Dunia dan Isinya

Siapakah Orang yang paling Terkenal Kelak Pada Akhir Zaman?

Purwakarta, candatangan – Seorang muadzin (orang yang mengumandangkan adzan) memiliki keutamaan yang luar biasa, diantaranya ia akan dibangkitkan dalam keadaan yang istimewa pada hari kiamat.
Muadzin menjadi orang yang penting dan paling terkenal kelak di hari akhir, Diriwayatkan dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Rasulullah ﷺ bersabda,
الْمُؤَذِّنُونَ أَطْوَلُ النَّاسِ أَعْنَاقًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Seorang muazin memiliki leher yang panjang di antara manusia pada hari kiamat.” (HR. Muslim no. 387). 
Ada yang mengatakan bahwa maknanya adalah orang yang paling banyak menampakkan rahmat Allah. Ada juga ulama yang menafsirkan bahwa yang dimaksud adalah orang yang paling terlihat banyak mendapatkan pahala (Syarah Shahih Muslim, 4: 84). 
Allahu ta’ala a’lam bisshowaab
Orang yang menjadi muazin memiliki keutamaan besar dalam Islam. Kelak, di hari Kiamat, semua makhluk yang mendengar lantunan azan dari muazin akan menjadi saksi atas kesalehan orang tersebut.

Syarat-syarat Menjadi Muadzin

Namun menjadi Muazin ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar menjadi sah dan sesuai dengan Hukum serta kaidah Islam tentunya. Berikut ini syarat-syarat menjadi muadzin, sebagaimana dikutip dari Buku Pintar Shalat yang ditulis M. Khalilurrahman Al-Mahfani. :

1. Beragama Islam

Seorang muazin harus beragama Islam. Jika muazin belum masuk Islam, pahala azannya sia-sia dan tidak bermakna apa-apa di sisi Allah SWT.
Hal itu tergambar dalam firman Allah SWT berikut:
“Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan,” (QS. Al-An’am [6]: 88).

2. Akil balig dan mumayyiz (dapat membedakan yang benar dan salah)

Seorang muazin selayaknya sudah akil balig, serta memasuki masa tamyiz (dapat membedakan yang benar dan batil).
Kendati demikian, apabila tidak ada orang dewasa, anak kecil pun tetap sah menjadi muazin.
Sebab, salah seorang sahabat Amr bin Abu Salamah Al-Jurumy pernah mengumandangkan azan sedang ia masih kecil.

3. Muazin adalah seorang laki-laki

Syarat menjadi muazin adalah laki-laki, sebagaimana dinyatakan Imam An-Nawawi dalam Al-Majmu’.
Apabila dalam suatu jemaah perempuan tidak ada sosok laki-laki, tidak diharuskan ada azan bagi mereka. Namun, mereka dapat mengumandangkan iqamat.

4. Muazin adalah sosok amanah

Seorang muazin adalah sosok yang amanah atau bisa dipercaya. Bagaimanapun juga, panggilan azan berkaitan dengan waktu salat.
Apabila muazinnya bukan sosok amanah, bisa jadi waktu azan yang dikumandangkan tidak tepat atau belum sampai waktu salat.
Rasulullah SAW bersabda: “Imam adalah penanggung jawab sedangkan muadzin adalah orang yang bisa dipercaya,” (H.R. Ahmad).

5. Kalimat azan sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah SAW

Syarat muazin lainnya adalah bersih dan suci dari hadas kecil atau hadas besar. Hal itu tergambar dalam hadis yang diriwayatkan Muhajir bin Qunfaz:
“Sebelum mengumandangkan azan, seorang muazin harus suci dari hadas kecil maupun hadas besar,” (H.R. Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi).

7. Sunah mengumandangkan adzan dengan suara yang nyaring dan merdu.

Seorang muazin sebaiknya dipilih pada sosok yang memiliki suara merdu, lantang, dan bagus.
Azan salat adalah salah satu syiar Islam. Suara azan yang merdu dapat menarik perhatian khalayak untuk salat berjemaah.
Anjuran itu merupakan perintah Nabi Muhammad SAW kepada Abdullah bin Zaid:
“Lakukanlah bersama Bilal, ajarkan kepadanya apa yang kamu lihat dalam mimpimu. Dan hendaklah dia berazan karena dia lebih tinggi dan bagus suaranya dari kamu,” (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

8. Hendaknya menghadap kiblat

Berdasarkan ijmak para ulama, ketika melakukan azan, seorang muazin dianjurkan untuk menghadap kiblat.

Bacaan Lafadz Adzan: Arab, Latin, dan Terjemahannya

Berikut ini bacaan lafal azan dalam bahasa Arab, latin, dan terjemahannya.
(٢x) اَللهُ اَكْبَرُ،اَللهُ اَكْبَرُ
(٢x) أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلٰهَ إِلَّااللهُ
(٢x) اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
(٢x) حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ
(٢x) حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ
(١x) اَللهُ اَكْبَرُ ،اَللهُ اَكْبَرُ
(١x) لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ

Bacaan latinnya:

Allaahu Akbar, Allaahu Akbar (2x)
Asyhadu allaa illaaha illallaah (2x)
Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah (2x)
Hayya ‘alashshalaah (2x)
Hayya ‘alalfalaah (2x)
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar (1x)
Laa ilaaha illallaah (1x)

Artinya:

Allah Maha Besar, Allah Maha Besar
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah
Aku bersaksi bahwa nabi Muhammad itu adalah utusan Allah
Marilah mendirikan salat
Marilah menuju kepada kejayaan
Allah Maha Besar, Allah Maha Besa
Tiada Tuhan selain Allah
Sebagai catatan, untuk lafal azan subuh, ada kalimat khusus yang ditambahkan, yakni:
اَلصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ
Bacaan latinnya: Ash-shalaatu khairum minan-nauum
Artinya: Salat itu lebih baik dari pada tidur
Bacaan “Ash-shalaatu khairum minan-nauum” dikumandangkan sebanyak 2 kali setelah lafal “Hayya ‘alalfalaah” pada azan subuh.

https://about.me/yodisupriyadi