Kecemasan |
Studi Tentang Kecemasan: Penelitian Menjelaskan Bagaimana Kecemasan Dapat Menciptakan Ingatan Palsu
Sebuah studi baru menemukan bahwa individu yang memiliki keterikatan cemas, memalsukan ingatan jauh lebih banyak daripada orang kebanyakan.
Peneliti menyarankan bahwa beralih ke gaya keterikatan yang lebih aman dapat memengaruhi proses memori secara positif.
Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology mengungkap fakta yang tidak menyenangkan tentang individu yang terikat dengan kecemasan: pikiran mereka memalsukan ingatan jauh lebih banyak daripada orang kebanyakan. Faktanya, orang-orang dengan gaya keterikatan cemas lebih cenderung salah paham tentang situasi sosial sehari-hari.
Makalah, yang ditulis oleh Nathan Hudson dari Southern Methodist University dan William Chopik dari Michigan State University, berfokus pada orang dewasa dengan kecemasan keterikatan, yaitu orang-orang yang sering khawatir ditolak atau ditinggalkan oleh orang-orang terdekat mereka.
Studi tersebut secara acak menugaskan peserta untuk menonton video berdurasi 20 menit tentang seorang wanita yang berbicara tentang perpisahannya yang penuh gejolak dengan seorang pria atau topik lain, seperti perjalanan belanja atau ekologi lahan basah California. Peserta lain mendapatkan informasi yang sama dari audio saja atau dengan membaca transkrip. Semua kelompok melakukan tes memori segera setelah menerima informasi, terlepas dari bagaimana informasi itu disampaikan.
Studi tersebut menemukan bahwa partisipan yang merasa cemas yang menonton video lebih mungkin mendapatkan detail informasi yang salah dibandingkan dengan mereka yang menerima informasi melalui media lain.
Menurut Hudson, melihat pembicara mungkin menjadi faktor distorsi memori karena orang yang memiliki keterikatan cemas cenderung sangat waspada dalam memantau ekspresi wajah. Mereka juga cenderung salah menilai keadaan emosi yang dirasakan orang lain.
“Kami percaya bahwa individu yang sangat cemas terhadap keterikatan cenderung menganalisis secara intensif apa yang dikatakan dalam video yang kami perlihatkan kepada mereka,” kata Hudson.
“Pikiran dan perasaan mereka sendiri tentang video tersebut mungkin tercampur dengan konten video yang sebenarnya di benak mereka. Jadi, mereka mengalami ingatan palsu saat kami memberi mereka tes terkait konten video.” Imbuhnya.
Temuan ini menjelaskan bagaimana kepribadian kita dapat ikut campur dalam pencatatan dan penarikan memori yang akurat.
Hudson menjelaskan bahwa pembuatan memori sebagai suatu proses pada dasarnya rawan kesalahan.
“Penting untuk dipahami bahwa otak kita tidak menyimpan klip audio atau video secara verbatim dari peristiwa yang terjadi pada kita,” katanya. Sebaliknya, otak kita menyimpan potongan informasi tentang pengalaman kita. Ketika kami mencoba untuk mengingat memori, itu menggabungkan bit informasi terkait yang tersimpan dan membuat tebakan terbaik tentang apa yang terjadi.
Hudson menambahkan bahwa kebanyakan orang ingin meredam kecemasan keterikatan mereka, dan intervensi mungkin dapat membantu mereka melakukan ini, yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan. Penelitiannya menunjukkan bahwa beralih ke gaya keterikatan yang lebih aman dapat memengaruhi proses ingatan secara positif, dan dia berharap penelitian di masa mendatang dapat membantu orang bergerak ke arah ini.
Komentar