Purwakarta, candatangan – Sampah luar angkasa adalah objek di orbit sekitar Bumi yang diciptakan oleh manusia, yang sudah tidak lagi bermanfaat. Sampah luar angkasa terdiri dari satelit yang sudah tidak berfungsi hingga fragmentasi ledakan, debu, atau partikel kecil lainnya. Awan partikel yang sangat kecil dapat menyebabkan kerusakan erosif.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Sebagian besar sampah di luar angkasa berukuran 1 – 15 cm. Partikel ini bergerak dengan kecepatan lebih dari 20.000 mil per jam, dan mampu bertahan lama melaju di luar angkasa. Sampah luar angkasa yang berukuran kecil ini dapat ditarik gravitasi Bumi dan akan terbakar di atas atmosfer. Namun, tidak semua sampah luar angkasa ini jatuh ke Bumi dan teruai.
Untuk pertama kalinya Nanoracks menguji teknologi untuk mengiris atau menghancurkan sampah luar angkasa di orbit. Eksperimen ini dilakukan pada bulan Mei lalu oleh Nanoracks dan perusahaan induknya Voyager Space, setelah mengorbit di atas peluncuran SpaceX Transporter 5.
Berikutnya teknik yang didemonstrasikan pada misi Transporter-5 awal tahun ini disebut penggilingan gesekan (friction milling), menggunakan alat pemotong yang beroperasi pada rotasi tinggi per menit untuk melunakkan logam. Tujuan misi ini adalah untuk memotong sepotong logam tahan korosi, mirip dengan kulit terluar Vulcan Centaur United Launch Alliance, dan secara umum dikenal sebagai puing-puing luar angkasa.
Seluruh proses demonstrasi berlangsung sekitar satu menit. Tujuan utamanya, memotong satu sampel kecil baja, dan berhasil diselesaikan. Proses itu dilakukan dalam kemitraan dengan Maxar Technologies, yang mengembangkan lengan robot yang mengeksekusi pemotongan.
Lengan itu menggunakan efektor ujung penggilingan gesekan yang tersedia secara komersial, dan seluruh struktur ditempatkan di pesawat ruang angkasa untuk memastikan tidak ada puing yang lolos. Apalagi, salah satu tujuan utama demonstrasi adalah untuk tidak menghasilkan puing-puing luar angkasa, dan itu juga berhasil.
Menurut Marshall Smith, VP Senior Sistem Ruang Angkasa Nanoracks, kepada TechCrunch mengatakan “Apa yang ingin Anda lakukan adalah menahan puing-puing ini, tidak harus karena itu mungkin masalah mikrometeorit, yang bisa juga terjadi, tetapi sebagian besar karena Anda ingin menjaga lingkungan kerja Anda tetap bersih”.
Menurut Smith, ini merupakan awal. Di masa depan, Nanoracks akan mencoba pemotongan dalam skala yang lebih besar dalam usahanya untuk akhirnya melakukan upaya konstruksi yang lebih besar. Selain program Outpost, Nanoracks dan Voyager telah bermitra dengan Lockheed Martin untuk mengembangkan stasiun luar angkasa komersial, yang oleh grup tersebut disebut Starlab.
NASA memilih grup tersebut untuk lebih mengembangkan rencananya di bawah program Destinasi Orbit Bumi Komersial dari badan tersebut, untuk kontrak senilai USD160 juta. Blue Origin dan Northrop Grumman juga diberikan kontrak.