Purwakarta, candatangan – Apakah benar diam adalah emas? Jika memang pernyataan ini benar, apa arti diam? Kata “diam” memang memiliki arti yang beragam. Namun pengertian diam dapat dikatakan sebagai kondisi seseorang yang tidak mengeluarkan suara atau tidak memberi tanggapan apapun. Bisa jadi karena orang tersebut tidak mengetahui apa-apa, atau dia memang tidak ingin memberikan tanggapan apapun.
Baik, tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan istilah : “diam itu emas”. Ternyata kumpulan tiga buah kata yang menjadi peribahasa itu mempunyai makna yang cukup dalam. Ada beberapa fakta menarik tentang emas.
Fakta pertama : Rumus kimia emas adalah Au (Aurum)
Aurum berasal dari bahasa Latin yang berarti “bersinar fajar”. Dalam budaya Romawi, juga dikenal dewi Aurora, yang artinya Fajar, Matahari Terbit. Emas memang berkilau, emas memang memancarkan kilau yang begitu indahnya, sampai disejajarkan dengan kilau matahari pagi.
Diam ternyata membuat kita berkilau, dalam beberapa situasi. Pada saat berdebat pendapat, diam membuat kita berpikir dan memberi kesempatan telinga kita mendengar. Apa jadinya dua orang yang berselisih paham namun tak ada satupun yang mengambil sikap diam. Pastilah hanya berujung pada debat kusir pelampiasan nafsu dan emosi saja. Ini menandakan bahwa dalam keadaan diam tetap saja kita bisa berpikir dengan baik dan berusaha untuk tetap bijaksana.
Diam dalam hal aktif mendengarkan, akan terasa nyaman bagi lawan bicara kita. Apalagi jika lawan bicara kita sedang tidak stabil emosi. Tentunya kita sering mengalaminya. Pasangan yang uring-uringan, rekan kerja yang menggerutu karena project yang gagal, bawahan yang protes dan mengeluarkan keluh kesahnya saat kita coaching, atau mungkin atasan yang mendapat tekanan dan akhirnya menekan kita. Diam dalam keadaan siap mendengarkan dengan empatik akan menjadi bantal yang empuk bagi mereka untuk mencurahkan perasaannya.
Pada dasarnya manusia tidak bisa menahan diri untuk memendam terus-menerus emosi dalam dirinya. Ada kalanya benteng pertahanan itu jebol dan membutuhkan seseorang yang cukup dengan mendengar mampu membuatnya sedikit lebih tenang.
Dalam keadaan seperti inilah sikap diam yang kita ambil akan terasa seperti fajar yang berkilau, menjadi pilihan paling tepat dibandingkan nasihat, saran, usul, apalagi debat pendapat. Diam adalah hal indah yang membantu mereka (rekan bicara kita) untuk menetralkan perasaan, sehingga selanjutnya mampu berpikir lebih jernih. Saat mereka sudah lebih jernih itulah kita baru memberikan pendapat dan gagasan, meskipun tak jarang mereka sudah menemukan titik terang karena kita mendengar tanpa menginterupsi.
Fakta kedua : Emas begitu lentur sehingga dapat dibuat menjadi benang jahit.
Kalau kita sering melihat emas dipakai sebagai perhiasan, dengan penambahan logam lainnya sehingga kita punya persepsi bahwa emas itu cukup keras, ternyata salah. Emas dalam keadaan murni atau mendekati murni cukup lentur hingga kita bisa membuatnya menjadi benang tanpa putus/patah. Bentuk emas seperti ini sering kita temui di songket/tenunan kain emas.
Kondisi diam, artinya membiarkan diri dan pikiran kita berpikir secara lentur, sehingga lebih fleksibel dalam melihat berbagai pilihan. Dalam keadaan stress dan penuh tekanan, seringkali kecemasan, kekhawatiran dan kegelisahan menutup jalan pikiran kita. Banyak orang yang tidak bisa berpikir secara “waras” dalam keadaan under pressure. Pilhan dan keputusan yang diambil saat keadaan penuh tekanan seringkali berujung ke akibat yang bisa kita sesali di kemudian hari. Ini gara-gara pikiran kita terlalu kaku, tidak lentur.
Dengan mengambil waktu diam, memberikan jeda sejenak untuk pikiran kita lebih tenang, artinya kita juga sedang melenturkan benang-benang kusut permasalahan yang menekan, dan mencoba mencari ujung persoalan untuk bisa diurai dan diselesaikan satu per satu. Diam adalah emas yang lentur dan mampu membuat kita lebih fleksibel dalam keadaan tertekan.
Fakta ketiga : Emas tidak bereaksi secara kimia
Itulah mengapa emas tidak berkarat, dan sebagai perhiasan emas tidak menyebabkan iritasi kulit. Ion-ion penyusun emas tidak mudah lepas dan bergabung dengan ion lainnya, sehingga tidak reaktif, tidak mudah bereaksi.
Diam, membantu kita untuk mengatasi stimulus dan menghasilkan respon yang tepat, bukan respon yang reaktif. Arti respon adalah memberi sebuah tanggapan. Dalam kehidupan kita, stimulus adalah hal-hal yang kita alami, hal-hal yang mengenai dan bersinggungan dengan kita, dan membuat kita bereaksi. Contoh, saat bangun pagi hari di luar hujan. Hujan pagi itu adalah sebuah stimulus, yang bisa kita respon dengan mengeluh, menarik selimut lagi, atau beranjak bangun dan memulai aktifitas dengan semangat.
Setiap stimulus menghasilkan respon. Respon bisa cenderung positif atau negatif, tergantung bagaimana kita memproses stimulus tersebut.
Ketika seorang ibu mendapati anaknya mencoret-coret dinding rumah yang baru saja selesai dicat (stimulus), ada banyak kemungkinan respon yang terjadi. Bisa saja ibu tersebut marah, memaki, keluar kata-kata kasar, atau bahkan memukul anak tersebut. Namun, bisa jadi dengan proses yang benar, ibu ini bisa dengan lembut menasihati anaknya dan memberitahu bahwa perbuatan anak ini tidak baik, lalu menyodorkan kertas gambar sebagai media pengganti dinding yang dicoret-coret.
Respon yang berbeda bisa dihasilkan sekalipun stimulusnya sama. Respon yang langsung, spontan, tanpa melalui proses terlebih dahulu cenderung berakibat negatif, kita menyebutnya sebagai respon yang reaktif. Sementara respon proaktif didapatkan dari proses yang berlangsung ketika kita memberikan jeda (diam) sebelum merespon.
Untuk mendapatkan pilihan terbaik, ambillah respon proaktif dengan memberikan jeda setiap kali Anda menemukan stimulus dalam hidup Anda. Jeda yang membuat kita menyadari siapa kita, mengimajinasi apa akibat dari respon yang akan kita ambil, mempertimbangkan baik buruknya respon kita, dan akhirnya memilih respon terbaik dari setiap pilihan yang ada.
Jeda ini bisa didapat dengan memberikan waktu diam. Diam, sama seperti emas, membantu kita untuk tidak cepat bereaksi, tidak reaktif, dan pada akhirnya melatih kita menjadi pribadi yang proaktif. Sama seperti emas yang tidak menimbulkan iritasi kulit, diam membantu kita menjadi proaktif, menghindarkan respon reaktif, karena respon reaktif cenderung membuat pihak-pihak yang bersinggungan dengan kita merasakan dampaknya (iritasi).
Fakta keempat : Emas dapat digunakan sebagai bahan makanan.
O, yah? Mungkin kita akan terbelalak mengetahui bahwa emas bisa dikonsumsi.
Di Eropa, sekitar abad 16 emas digunakan sebagai campuran minuman beralkohol. Liqueur tradisional dari Jerman dan Polandia disebut Goldwasser (Goldwater) karena terdiri dari ribuan lapisan emas kecil. Beberapa suku asli Amerika bahkan mempercayai emas sebagai sumber kekuatan jika dikonsumsi.
Secara kimiawi, emas tidak bereaksi dalam tubuh, sehingga hanya lewat dan tidak mempengaruhi nutrisi. Itulah mengapa emas tidak berbahaya jika masuk ke dalam makanan atau minuman kita. Berbagai restoran mewah menggunakan emas sebagai penghias, wadah, atau bagian dari menu istimewa yang mereka sajikan.
Pandangan Menurut Islam
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!
Abu Hamid Al-Ghazali mengatakan, bahwa lisan itu amat besar
bahayanya jika tidak dijaga. Menurutnya, tidak ada orang yang bisa selamat
darinya, kecuali dengan diam.
“Oleh sebab itu agama memuji sikap diam bahkan
menganjurkannya,” tulis Imam Ghazali dalam kitabnya Alal-al-Lisan yang
telah diterjemahkan oleh Fuad Kauma menjadi ‘Bahaya Lisan’.
Imam Ghazali menuliskan beberapa hadits tentang anjuran
diam. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
Dalam sabdanya yang lain, Rasulullah berkata:
“Diam adalah kebijaksanaan, dan sedikit orang yang
mampu melakukannya.”
“Maksudnya, diam itu kebijaksanaan dan keteguhan,”
tulis Al Ghazali.
Dari Abdullah Ibn Sufyan, bahwa ayahnya berkata:
“Aku pernah bertanya kepada Rasulullah. Wahai
Rasulullah beritahukanlah kepadaku tentang Islam akan sesuatu yang aku tidak
akan bertanya kepada seseorang pun setelah engkau. Maka beliau berkata.
“Katakanlah aku beriman kepada Allah kemudian istiqomahlah!” Ayah
Abdullah Ibn Sufyan kemudian bertanya lagi apakah gerangan yang harus aku
pelihara? Rasulullah SAW lantas menunjukkan lidahnya dengan tangannya.”
Uqbah ibn Amir berkata:
“Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW. Ya
Rasulullah apakah keselamatan itu? Beliau menjawab, tahanlah lisanmu dan
hendaknya rumahmu menyenangkanmu (karena penuh dengan zikir-zikir dan
menangislah atas kesalahanmu (karena menyesal).”
Diriwayatkan oleh Sahal ibn Saidi bahwa Rasulullah berkata:
“Barangsiapa berjanji kepadaku akan menjaga apa yang
ada di antara janggut dan kumisnya (mulut) dan apa yang ada di antara dua
kakinya (kemaluan), niscaya aku akan menjamin surga baginya.”
Dalam sabda beliau yang lain.
“Barangsiapa menghindari kejahatan qabqabnya, dzabdzab
dan laqlaqnya berarti ia telah menghindari dari semua kejahatan.:
Qabqab adalah perut, dzabdzab adalah kemaluan dan laqlaq
adalah lisan. Kebanyakan manusia akan binasa oleh ketiga syahwat ini. Oleh karena
itu kata Imam Ghazali harus disampaikan tentang bahaya lisan, setelah
menyampaikam tentang bahaya perut dan kemaluan.
Rasulullah pernah ditanya tentang sesuatu yang paling bisa
menyebabkan seseorang masuk surga beliau menjawab.
“Takwah kepada Allah dan berbudi pekerti mulia.”
Beliau ditanya tentang sesuatu yang paling bisa menyebabkan
seseorang terjerumus ke jurang neraka, maka beliau mengatakan.
“Dua lubang yaitu mulut dan kemaluan.”
Bisa jadi yang dimaksud dengan mulut adalah bahaya lisan
koma sebab mulut tempatnya lisan titik bisa jadi pula yang dimaksud dengan
mulut adalah perut koma karena perut adalah sumbernya.