Derajat kemanisa Gula |
Purwakarta – Manis. Yah, manis seperti saya. Lalu bagaimana dengan manisnya rasa. Manis merupakan salah satu dari lima unsur dasar rasa dan hampir secara universal menganggap bahwa rasa sebagai pengalaman yang menyenangkan, hal ini berdasarkan analogi bahwa sejak zaman nenek moyang rasa manis lebih didefinisikan dengan energi sedangkan rasa pahit lebih didefinisikan sebagai racun.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!
Rasa manis dapat dirasakan di oleh kita karena adanya reseptor atau sensor rasa manis pada lidah kita yang berbentuk seperti tonjolan-tonjolan. Warna dan bau yang khas juga menjadi tanda tingkat kemanisan pada suatu makanan. Pikiran kita seringkali mampu memprediksi mana makanan yang lebih manis hanya dengan melihat warna dan bau dari makanan tersebut.
Georg Cohn (Arye ; 1887–1956) |
Seorang ahli kimia bernama Georg Cohn berkebangsaan jerman pada tahun 1914 berhipotesa agar memiliki rasa yang manis maka zat tertentu harus memiliki struktur tertentu yang disebut sapophore. Georg juga mendefinikan bahwa molekul yang mengandung banyak gugus Hydroxyl dan mengandung atom Chlorine seringkali bersifat manis. Untuk molekul yang memiliki struktur mirip, molekul dengan berat molekul yang lebih rendah akan terasa lebih manis.
Makanan yang kaya akan kandungan karbohidrat sederhana seperti gula adalah yang paling banyak dihubungkan dengan rasa manis, walaupun ada beberapa senyawa alami dan buatan yang lebih manis, beberapa di antaranya telah digunakan sebagai pengganti gula atau yang kita kenal dengan nama pemanis buatan, Senyawa lain dapat mengubah persepsi rasa manis itu sendiri.
Rasa manis biasanya bersumber dari gula. Lalu apa itu gula? Gula merupakan polihidroksi aldehida atau keton yang termasuk dalam karbohidrat. Karbohidrat tersebut dapat dibedakan satu dengan yang lainnya melalui susunan atom dan ikatan pembentuknya.
Molekul pembentuk Gula |
Berikut ini daftar sumber dari rasa manis itu sendiri, baik bersumber dari manis alami maupun dari rasa manis buatan.
Pemanis alami adalah rasa manis yang secara alami terkandung di dalam bahan pangan. Pemanis alami atau yang biasa kita sebut dengan gula, merupakan jenis karbohidrat sederhana yang dibagi lagi menjadi monosakarida, disakarida, dan oligosakarida
|
Pemanis generasi pertama ini secara sengaja disintesis pada tahun 1879 oleh Remsen dan Fahlberg. Kita mengenalnya dengan istilah ‘biang gula’. Derajat kemanisannya 300 – 400 kali gula pasir (sukrosa). Dibanding pemanis buatan lain, harganya pun paling murah. Sayangnya rasa manis sakarin juga disertai dengan after taste rasa pahit di lidah. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa sakarin tidak bereaksi dengan DNA, tidak bersifat karsinogenik, tidak menyebabkan karies gigi, dan cocok untuk penderita diabetes. Sejak tahun 1991 telah diakui tidak menyebabkan kanker kandung kemih pada manusia.
Nilai Kalori: 0 kkal/gram
ADI: 5 mg/kg berat badan
2. Siklamat (Cyclamate)
Pemanis ini memiliki derajat kemanisan 30 kali gula pasir. Pernah dikhawatirkan bisa menyebabkan kerusakan genetik karena dalam sebuah penelitian dikatakan bahwa dalam dosis yang sangat tinggi siklamat dapat menyebabkan tumor kandung kemih , paru, hati, dan limpa pada hewan tikus percobaan. Kemudian, hasil penelitian Codex Alimentarius Commissions pada tahun 1984 menyimpulkan bahwa siklamat tidak terbukti menyebabkan mutagen dan kanker. Meski Amerika Serikat dan Kanada tidak mengizinkan penggunaan siklamat sebagai bahan tambahan pangan, lebih dari 50 negara termasuk negara-negara di Eropa telah mengizinkan penggunaannya.
Nilai Kalori: 0 kkal/gram
ADI: 0-11 mg/kg berat badan
3. Aspartam (Aspartame)
Pemanis ini termasuk paling populer dan paling sering dipakai di industri. Derajat kemanisannya cukup tinggi, yaitu 60 – 220 kali gula pasir dan tidak menyisakan after taste pahit. Namun pemanis ini tidak cocok ditambahkan ke dalam bahan yang akan dipanaskan.Lebih dari 90 negara telah mengizinkan penggunaannya. Aspartam dirombak secara cepat dan sempurna menjadi asam amino asam aspartat, fenilalanin dan metanol melalui jalur metabolisme normal. Di antara semua pemanis yang tidak berkalori hanya aspartam yang mengalami metabolisme. Karena menghasilkan fenilalanin, maka penggunaan aspartam wajib mencantumkan disclaimer ‘Mengandung Fenilalanin’ sebagai peringatan bagi penderita fenilketonuria (kelainan metabolik yang tidak mampu memetabolisme fenilanalnin sehingga akan menumpul dalam darah dan bersifat toksik terhadap otak).
Nilai Kalori: 0.4 kkal/gram
ADI: 50 mg/kg berat badan
4. Asesulfam Potassium (Acesulfame Potassium/Acesulfame K)
Derajat kemanisannya sekitar 200 kali gula pasir. Kelebihannya, mempunyai sifat stabil pada pemanasan. Pemanis ini akan dikeluarkan melalui urine tanpa mengalami perubahan. Karena tingkat kemanisannya yang tinggi, penggunaan asesulfam sebaiknya dibatasi dalam dosis yang kecil. Apalagi penggunaan asesulfam sering dikombinasikan juga dengan pemanis lain.
Nilai Kalori: 0 kkal/gram
ADI: 15 mg/kg berat badan
5. Sukralosa (Sucralose)
Sukralosa merupakan derivate dari sukrosa, mempunyai tingkat kemanisan sekitar 600 kali gula pasir. Sukralosa tidak dapat dicerna dan diserap organ pencernaan sehingga tidak meningkatkan kadar gula dalam darah. Sukralosa tidak menyebabkan kerusakan gigi, perubahan genetik dan cacat bawaan.
Salah satu keunggulan sukralosa adalah tahan panas sehingga tingkat kemanisan yang diperoleh tidak menurun selama pengolahan suhu tinggi.
Nilai Kalori: 0 kkal/gram
ADI: 15 mg/kg berat badan.
6. Sorbitol (Sorbitol)
Merupakan monosakarida (glukosa) dengan derajat kemanisan 0,5-0,7 kali gula pasir. Sorbitol juga bisa menjadi humektan, pengental, dan mencegah terbentuknya kristal pada sirup. Termasuk GRAS (Generally Recognized As Safe) atau umumnya dikenal aman. Tidak menyebabkan karies gigi. Dapat digunakan untuk produk bagi penderita diabetes dan diet rendah kalori. Konsumsi sorbitol perhari > 50 g akan berefek laksatif.
Nilai Kalori: 2,6 kkal/gram
ADI: tidak dinyatakan
7. Isomalt (Isomalt)
Dibuat dari sukrosa (gula pasir) dan merupakan campuran dua disakarida alkohol: gluko-manitol dan gluko-sorbitol. Mempunyai derajat kemanisan 0,45 – 0,65 kali gula pasir. Termasuk GRAS (Generally Recognized As Safe) atau umumnya dikenal aman. Tidak menyebabkan karies gigi, tidak menyebabkan peningkatan kadar gula darah penderita diabetes tipe I dan II.
Nilai Kalori: >2 kkal/gram
ADI: tidak dinyatakan.
8. Maltitol (Maltitol)
Dibuat dengan cara hidrogenasi maltosa yang diperoleh dari hidrolisis pati. Merupakan gula alkohol dengan derajat kemanisan 0,9 kali gula pasir. Termasuk GRAS (Generally Recognized As Safe) atau umumnya dikenal aman. Tidak menyebabkan karies gigi, tidak menyebabkan peningkatan kadar gula darah penderita diabetes tipe I dan II.
Nilai Kalori: 2,1 kkal/gram
ADI: tidak dinyatakan.
9. Silitol (Xylitol)
Merupakan gula alkohol dengan derajat kemanisan 1 kali gula pasir. Termasuk GRAS (Generally Recognized As Safe) atau umumnya dikenal aman. Tidak menyebabkan karies gigi.